- Membaca Buku itu Menakjubkan
“A book is device to light the imagination” – Alan Bennett.
Buku memang hampir selalu menghadirkan imajinasi di ruang berpikir saya. Salah satunya adalah The Lord of the Rings. Bukan sisi gelapnya yang hadir di dalam imajinasi saya, melainkan desa Bag End dan rumah-rumahnya. Saya berkhayal, saya berada di rumah Hobbit yang hangat dengan perabotan kayunya yang indah, sedang minum secangkir teh hangat. Ketika seorang teman mempunyai kesempatan mengunjungi desa Hobbiton dan baru balik ke tanah air, saya dengan antusias bertanya, “gimana, gimana..? Bagus ya? Liat dong foto-fotonya…” Si teman ini lalu memperlihatkan foto-foto desa dan rumah Hobbiton. Dia menunjuk pintu rumah Hobbit yang ikonik dan mengatakan sesuatu “perabotan Hobbit dan cangkir teh hangat itu hanya ada di negeri Hobbiton. Sedangkan yang di Selandia Baru ini engga ada …” Maksudnya, apa yang ada di balik pintu rumah Hobbit itu hanya ada di buku dan di film. Jangan menghayal Hobbiton alam nyata itu sama dengan alam fantasinya. Aku tertawa. Tapi terbersit juga perasaan sayang kenapa membuat rumah Hobbitnya tidak sekalian sampai ke dalam-dalamnya. Temanku nyeletuk, “kamu semangat banget menghayalnya, kebanyakan membaca…” Aku tertawa lagi.
Reading is wondrous. Membaca buku memang menakjubkan. - Cangkir-cangkir Teh
Cups for healing – a mixed media journal Pernah mengalami sakit yang cukup berat. Awalnya demam. Sampai tiga hari saya tidak bisa bangun karena demam yang tinggi. Hari kelima saya melihat bintik-bintik merah di lengan dan paha. Seperti demam berdarah. Lalu saya merasa nyeri di beberapa bagian tubuh. Jari-jari tangan, terutama tangan kanan, kedua persendian lengan atas, dan telapak kaki kiri. Dokter bilang kena virus. Virus apa? (lebih…)
- Liontin nama
Handwriting adalah art therapy bagi saya. Saya menyukainya, terlebih ketika tulisan tangan itu diaplikasikan ke sebuah media seperti liontin nama yang kubuat sebagai hadiah untuk ulang tahun keponakan yang ke-tujuh belas.
Walaupun cukup sering menulis, tidak serta merta tulisan saya langsung diaplikasikan ke liontin. Saya mencorat-coret dahulu sebelum memutuskan tulisan mana yang cocok dan indah untuk dijadikan liontin.
Setelah tulisan jadi, kertas yang digunakan untuk menulis itu digunting kemudian ditempelkan ke pelat atau lempengan perak. Selanjutnya, proses yang paling berat adalah menggergaji pelat perak itu sesuai bentuk tulisannya. Berat tapi mengasyikkan ketika satu persatu huruf mulai terlihat bentuknya. Berikutnya adalah proses mengamplas tepi-tepi hasıl gergajiannya untuk merapikan bentuk, menghaluskan permukaan dan menghilangkan bagian tajam yang bisa menggores kulit. Lalu, memasuki tahap terakhir, tahap yang paling menyenangkan yaitu membersihkan, memoles dan melapisi perak agar tidak mudah pudar.
Ketika sudah selesai, melihat liontin itu tergantung pada rantai kalungnya, ada perasaan senang yang tak terkira. Rasa puas yang … luar biasa. Terlebih lagi ketika kalung itu tiba di tangan yang berulang tahun. Si gadis sweet seventeen itu menjerit dan melonjak kegirangan. “Budeeeee… makasiiiii banget… luv luv luv so much …” Dia memang sudah lama menginginkan kalung nama itu … 🙂